Herpes adalah infeksi virus pada kulit. Herpes
Simplex Virus merupakan salah satu virus yang menyebabkan penyakit
herpes pada manusia. Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan
penyakit herpes pada manusia, yaituHerpes Simplex Virus, Varizolla
Zoster Virus (VZV), Cytomegalovirus (CMV),Epstein-Barr
Virus (EBV), dan Human Herpes Virus tipe 6 (HHV-6),
tipe 7 (HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan
morfologi yang sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti
sel. Herpes Simplex Virus sendiri dibagi menjadi dua tipe,
yaitu Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1) yang menyebabkan
infeksi pada mulut, mata, dan wajah dan Herpes Simplex Virus tipe
2 (HSV-2) yang menyebabkan infeksi pada alat kelamin (genital). Tetapi,
bagaimanapun kedua tipe virus tersebut dapat menyebabkan penyakit dibagian
tubuh manapun. HSV-1 menyebabkan munculnya gelembung berisi cairan yang terasa
nyeri pada mukosa mulut, wajah, dan sekitar mata. HSV-2 atau herpes genital
ditularkan melalui hubungan seksual dan menyebakan gelembung berisi cairan yang
terasa nyeri pada membran mukosa alat kelamin. Infeksi pada vagina terlihat
seperti bercak dengan luka. Pada pasien mungkin muncul iritasi, penurunan
kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada kulit (jaundice) dan
kesulitan bernapas atau kejang. Lesi biasanya hilang dalam 2 minggu.
infeksi . Episode pertama (infeksi pertama) dari infeksi HSV
adalah yang paling berat dan dimulai setelah masa inkubasi 4-6 hari. Gelala
yang timbul, meliputi nyeri, inflamasi dan kemerahan pada kulit (eritema) dan
diikuti dengan pembentukan gelembung-gelembung yang berisi cairan. Cairan
bening tersebut selanjutnya dapat berkembang menjadi nanah, diikuti dengan
pembentukan keropeng atau kerak (scab). Setelah infeksi pertama, HSV
memiliki kemampuan yang unik untuk bermigrasi sampai pada saraf sensorik tepi
menuju spinal ganglia, dan berdormansi sampai diaktifasi kembali. Pengaktifan
virus yang berdormansi tersebut dapat disebabkan penurunan daya tahan tubuh,
stress, depresi, alergi pada makanan, demam, trauma pada mukosa genital,
menstruasi, kurang tidur, dan sinar ultraviolet.
Sasaran terapi
Sasaran terapi acyclovir adalah Herpes Simplex Virus (HSV).
Tujuan terapi
Tujuan terapi acyclovir adalah mencegah dan mengobati
infeksi Herpes Simplex Virus (HSV), menyembuhkan gejala yang
muncul, seperti kemerahan (eritema), gelembung-gelembung berisi cairan,
keropeng atau kerak.
Strategi terapi
Strategi terapi farmakologis (terapi dengan obat) dalam pengobatan
penyakit herpes adalah dengan menggunakan obat-obat antivirus. Pengobatan
baku untuk herpes adalah dengan acyclovir, valacyclovir, famcyclovir, dan
pencyclovir yang dapat diberikan dalam bentuk krim, pil atau secara intravena
(infus) untuk kasus yang lebih parah. Semua obat ini paling berhasil apabila
dimulai dalam tiga hari pertama setelah rasa nyeri akibat herpes mulai
terasa.Semua antivirus yang digunakan pada infeksi Herpes Simplex Virus (HSV)
bekerja dengan menghambat polimerase DNA virus. Acyclovir, ganciclovir,
famciclovir, dan valacyclovir secara selektif di fosforilasi menjadi bentuk
monofosfat pada sel yang terinfeksi virus. Bentuk monofosfat tersebut
selanjutnya akan diubah oleh enzym seluler menjadi bentuk trifosfat, yang akan
menyatu dengan rantai DNA virus. Acyclovir, famciclovir, dan valacyclovir
terbukti efektif dalam memperpendek durasi dari gejala dan lesi.
Ayclovir : merupakan
agen yang paling banyak digunakan pada infeksi herpes simplex virus, tersedia
dalam bentuk sediaan intravena, oral, dan topikal.
Ganciclovir : mempunyai aktivitas
terhadap herpes simplex virus tipe 1 dan 2, tetapi lebih toksik daripada
acyclovir, famciclovir, dan valacyclovir, karena itu tidak direkomendasikan
untuk pengobatan herpes.
Famciclovir : merupakan prodrug
dari penciclovir yang secara klinis efektif dalam mengobati herpes simplex
virus tipe 1 dan 2.
Valacyclovir : merupakan valyl
ester dari acyclovir dan memiliki bioavailabilitas yang lebih besar
daripada acyclovir.
Obat Pilihan
Nama Generik
Acyclovir
Nama Dagang
Clinovir (Pharos)
Indikasi
Untuk mengobati genital Herpes Simplex Virus, herpes
labialis, herpes zoster, HSV encephalitis, neonatal HSV, mukokutan HSV pada
pasien yang memiliki respon imun yang diperlemah (immunocompromised),
varicella-zoster.
Kontraindikasi
Hipersensitifitas pada acyclovir, valacyclovir, atau komponen lain
dari formula.
Bentuk Sediaan
Tablet 200 mg, 400 mg.
Dosis dan Aturan Pakai
Pengobatan herpes simplex: 200 mg (400 mg pada pasien yang
memiliki respon imun yang diperlemah/immunocompromised atau bila ada gangguan absorbsi)
5 kali sehari, selama 5 hari. Untuk anak dibawah 2 tahun diberikan setengah
dosis dewasa. Diatas 2 tahun diberikan dosis dewasa.
Pencegahan herpes simplex kambuhan, 200 mg 4 kali sehari atau 400
mg 2 kali sehari, dapat diturunkan menjadi 200 mg 2atau 3 kali sehari dan
interupsi setiap 6-12 bulan.
Pencegahan herpes simplex pada pasien immunocompromised, 200-400
mg 4 kali sehari. Anak dibawah 2 tahun setengah dosis dewasa. Diatas 2 tahun
dosis sama dengan dosis orang dewasa.
Efek Samping
Pada sistem saraf pusat dilaporakan terjadi malaise (perasaan
tidak nyaman) sekitar 12% dan sakit kepala (2%).pada system pencernaan
(gastrointestinal) dilaporkan terjadi mual (2-5%), muntah (3%) dan diare
(2-3%).
Resiko Khusus
Penggunaan Acyclovir pada wanita hamil masuk dalam kategori B.
Efek teratogenik dari Acyclovir tidak diteliti pada studi dengan hewan
percobaan. Acyclovir terbukti dapat melewati
plasenta manusia.Tidak ada penelitian yang cukup dan terkontrol pada
wanita hamil. pada tahun 1984-1999 diadakan pendaftaran bagi wanita hamil, dan
dari hasil yang terlihat tidak ada peningkatan kelahiran bayi yang cacat karena
penggunaan Acyclovir . tetapi karena tidak semua wanita hamil mendaftarkan diri
dan kurangnya data dalam jangka waktu yang panjang, maka direkomendasikan
penggunaan acyclovir untuk wanita hamil disertai peringatan dan diberikan jika
benar-benar-benar diperlukan. Acyclovir juga dapat masuk ke dalam air susu ibu,
karena itu penggunaan pada ibu menyusui harus disertai peringatan.
Daftar Pustaka
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia,Departemen
Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta
Anonim, 2005, Drug Information Handbook, Edisi 14,
Lexi-Comp, Amerika Serikat.
Harrison, et al.,2001, Principle’s Of Internal Medicine,
15th Edition,McGreHill Companies, Inc., USA.
McEvoy, G.K.,2004, AHFS Drug Information,American
Society Of Health_Systen Pharmacists, Inc.,USA
Rakel, David.,2003,Integrative Medicine, 1st Edition,
Elsevier Science, USA
No comments:
Post a Comment