Mengapa kalau minum antibiotik harus dihabiskan?
Tahukah anda, mengapa saat meminum antibiotik yang diresepkan dokter harus
diminum sampai habis.
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba
terutama jamur, yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Namun
saat ini, banyak pula antibiotik yang dibuat secara sintetik atau semi
sintetik.
Antibiotik merupakan obat yang masuk dalam golongan obat keras
dan penggunaannya harus dengan resep dokter. Biasanya antibiotik diresepkan
untuk pasien-pasien yang sakit karena infeksi bakteri, misalnya batuk atau
pilek yang disebabkan oleh bakteri. Namun dalam prakteknya terjadi pelanggaran
dimana antibiotik di Indonesia dapat dibeli secara bebas di apotek tanpa resep
dokter/
Saat tubuh sudah mulai merespon obat, badan akan terasa membaik
dan mungkin gejala penyakit akan berkurang hal ini membuat banyak orang
menghentikaan pengobatan sampai disini. Namun perlu diingat bahwa antibiotik
tetap harus dihabiskan, karena apabila tidak dihabiskan akan menyebabkan
resistensi atau kekebalan terhadap mikroba patogen yang menyerang tubuh. Jika
efek resistensi telah terjadi dikhawatirkan obat tersebut sudah tidak lagi
efektif saat terjadi infeksi berikutnya yang membutuhkan antibiotik yang sama.
Dalam proses penyembuhan suatu penyakit perlu diperhatikan
masalah 3H (How much, How often, dan How long).
1. How much –> berapa banyak obat yang akan digunakan
(dosis)
2. How often –> berapa sering obat digunakan (frekuensi)
3. How long –> berapa lama obat digunakan
Hal ini perlu diperhatikan untuk menjaga kadar obat dalam tubuh
tetap efektif untuk menyembuhkan penyakit (masuk dalam range terapi). Tiap obat
memiliki kadar efek minimum (KEM –> kadar minimum yang dibutuhkan obat untuk
berefek) dan kadar toksik minimum (KTM –> kadar minimum obat dapat
memberikan efek toksik). Kadar terapi obat itu sendiri berada diantara KEM dan
KTM sehingga obat dapat menghasilkan efek namun tidak sampai memberikan efek
toksik. 3H membantu mempertahankan jumlah obat di dalam tubuh tetap berada pada
kadar terapi/range therapy. Dengan memperhatikan aturan meminum obat
(menyangkut 3H) akan membantu menjaga kadar obat dalam darah tetap pada range
therapy.
§ Pertama, saat kita meminum obat sesuai dosis
yang tepat (how much) maka kadar obat tersebut akan berada pada range therapy
sesuai untuk tujuan terapi. Namun bila dosis yang diminum lebih besar dari
range therapy sehingga melebihi KTM, maka dapat menimbulkan efek toksik. Bila
dosis yang diminum lebih kecil dari range therapy sehingga di bawah KEM, maka
obat tersebut tidak dapat memberikan efek terapi.
§ Kedua, saat kita meminum obat secara teratur
(how often) maka obat akan terjaga kadarnya pada range therapy namun jika obat
tidak diminum secara teratur kadar obat dalam tubuh dapat turun dibawah KEM.
Jika hal ini terjadi, obat tidak dapat memberikan efek dan walaupun obat
diminum lagi butuh waktu untuk meningkatkan kadar obat ke KEM untuk dapat
memberikan efek.
§ Ketiga, berapa lama kita mengkonsumsi obat
tersebut (how long) disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Bila lama penggunaan
obat melebihi waktu yang dibutuhkan maka ada kemungkinan muncul efek samping
penggunaan jangka panjang. Bila lama penggunaan obat kurang dari waktu yang
dibutuhkan maka efek terapi yang didapat menjadi tidak optimal.
Akibat bila obat tidak diminum habis.
Perlu kita ketahui bahwa bakteri yang menyerang tubuh memiliki
sistem pertahanan yang berbeda. Sistem pertahanan pada bakteri dapat dikatakan
merupakan sistem pertahanan berlapis yang membantunya bertahan apabila diserang
oleh sistem pertahanan tubuh maupun obat-obatan (Antibiotik). Apabila obat yang
diresepkan dokter tidak diminum sampai habis atau meminumnya tidak sesuai
dengan frekuensi yang ditetapkan (sehingga kadar obat turun di bawah KEM), maka
ada kemungkinan bakteri belum tuntas terbunuh dan dapat membentuk pertahanan
baru terhadap antibiotik tersebut (resisten). Sistem pertahanannya kemudian
berkembang dan membentuk sistem pertahanan yang baru sehingga tetap dapat
bertahan apabila diserang oleh antibiotik yang sama (walaupun kita kembali
meminum antibiotik tersebut namun bakteri akan mampu bertahan dan melawan
antibiotik yang kita minum). Jika telah terjadi resistensi, maka diperlukan
dosis antibiotik yang lebih tinggi atau dilakukan penggantian antibiotik yang
memiliki daya hambat maupun daya bunuh lebih tinggi dari antibiotik sebelumnya.
Contoh kasus : Rina, seorang pasien TBC berumur 25
tahun dengan berat berat 55 kg. Oleh dokter diberi rifampisin dengan dosis 450
mg per kaplet. Diminum satu kalpet sehari, selama 6 bulan.
§ How much –> 450 mg perkaplet. Sudah tepat
dosis karena dosis rifampisin untuk dewasa 8-12 mg/kg/hari (8 mg/kg x 55 kg =
440 mg) dan dosis maksimal pemberian perhari adalah 600 mg.
§
How often –> 1 x 1
kaplet perhari, sudah tepat
§
How long –> 6
bulan, sudah tepat
Bakteri TBC memiliki dinding sel yang sebagian besar tersusun
dari asam mikolik dengan cabang molekul lipid yang memberikan penghalang tak
tembus di sekitar sel. Lipid inilah yang membuat bakteri lebih tahan terhadap
asam dan gangguan fisika kimia, sehingga pengobatan TBC memerlukan waktu antara
6 sampai 9 bulan. Walaupun gejala penyakit TBC sudah hilang, pengobatan tetap
harus dilakukan sampai tuntas, karena bakteri TBC sebenarnya masih berada dalam
keadaan aktif dan siap membentuk resistensi terhadap obat.
Bila kita meminum antibiotik sesuai aturan pakai maka efek
terapi yang didapat optimal, dan kita bisa sembuh dari penyakit sesuai waktu
yang telah diperkirakan. Inilah pentingnya, mengapa antibiotik harus diminum
sesuai aturan pakai (dosis harus tepat, frekuensi minum , berapa lama pengunaan
antibiotik, dan ingat selalu bahwa antibiotik harus diminum sampai habis).
Daftar Pustaka
Anonim, 2006, MIMS
104th Edition 2006, 289, CMP Medika, Jakarta
No comments:
Post a Comment